Pembudidayaan
Udang Galah
Udang
galah (Macrobrachium rosenbergii)
adalah salah satu jenis udang air tawar yang merupakan komoditas perikanan asli
perairan Indonesia, bernilai ekonomi tinggi dan sangat potensial untuk dikembangkan. Badan udang terdiri atas 3 bagian :kepala dan dada (Cephalothorax), badan (Abdomen)
serta ekor (Uropoda).
Cephalothorax
dibungkus
oleh kulitkeras, di bagian depan
kepala terdapat tonjolan karapas yang bergerigi disebut rostrum pada bagian
atas sebanyak 11-13 buah dan bagian bawah 8-14 buah.
Udang galah hidup pada dua habitat, pada stadia larva hidup
di air payau dan kembali ke air tawar pada stadia
juvenil hingga dewasa. Pada stadia larva perubahan metamorfose terjadi sebanyak
11 kali dan berlangsung selama 30-35 hari.
Jenis Udang ini bersifat omnivora, cenderung
aktif pada malam hari. Komoditas ini diklaim oleh berbagai negara sebagai fauna
asli, antara lain oleh India dan
Indonesia.
Di Indonesia, udang galah dapat ditemukan di
berbagai wilayah dan masing-masing memiliki varietas dengan ciri tersendiri.
Misalnya, dari Sumatera dan Kalimantan memiliki ukuran kepala besar, capit
panjang, dan berwarna hijau kuning, dari Jambi memiliki
ukuran kepala lebih kecil, capit kecil dan berwarna keemasan.
Peluang pasar udang galah masih terbuka luas
baik di dalam maupun di luar negeri. Untuk pasar lokal, permintaan datang
terutama dari wilayah yang banyak dikunjungi turis seperti Bali,
Jakarta, Batam, dan Surabaya.
Sementara pasar udang ini di luar negeri
telah terbentuk di Jepang, Korea, Singapura, Amerika Serikat, Kanada,
Skotlandia, Inggris, Belanda, Selandia Baru, dan Australia dengan pasokan utama
datang dari Thailand, Cina dan India. Ukurannya
mulai 100 gr s.d. 200 gr per ekor. Bahkan udang yang tertangkap di perairan umum dapat mencapai 300
gr per ekor
Udang galah dapat dipelihara di kolam-kolam
oleh para pembudidaya udang, baik secara polikultur maupun monokultur dengan
biaya yang cukup rendah sehingga dapat meningkatkan penghasilan pembudidaya. (Ahira Anne
2009)
Akhir-akhir
ini makin dikeluhkan oleh pebisnis udang galah bahwa pasokan udang galah makin menurun dratis dari
waktu ke waktu. Di samping jumlah tangkapan yang menurun dari daerah-daerah
yang biasa memasok udang galah ke pasar, ukuran udang galah tangkapanpun makin
kecil dari biasanya. Keadaan seperti ini tidak hanya terjadi pada udang galah
hasil tangkapan di tanah air, tapi di dunia internasionalpun demikian.
Namun
demikian, keinginan untuk meningkatkan produksi di sektor budidaya masih
menghadapi beberapa masalah seperti rendahnya produksi karena produksi masih
dilakukan secara tradisional, teknologi budidaya yang masih rendah dan
kepadatan tebar masih rendah, ditambah lagi ketersediaan lahan yang cocok untuk
melaksanakan usaha budidayanya semakin berkurang sehingga teknik budidaya ke
arah intensif perlu disiapkan. Produk teknologi Apartemen Udang Galah yang
memiliki beberapa manfaat terhadap kehidupan udang galah di kolam diharapkan
mampu mengatasi persoalan di atas.
Udang
galah merupakan komoditas perikanan yang berpotensi sebagai sumber devisa
negara, telah dikembangkan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indoensia (LIPI).
Melalui Sarana pembenihan udang berkapasitas 3.000.000 ekor/bulan, dapat
mensuplai benih kepada para petani udang di beberapa daerah di Indonesia. Dalam
meningkatkan budi daya udang galah, peneliti LIPI berhasil menemukan cara agar
udang galah terhindar dari sifat kanibalismenya. Yaitu dengan membangun
apartemen untuk udang galah berupa bangunan dari bambu yang dibentuk secara
bertingkat. Ini bisa meningkatkan produksi udang sampai 350%.
Perilaku
udang yang kanibal (udang makan udang) mengakibatkan hasil pembibitan udang
hanya berhasil 10%. Untuk itu para peneliti di Puslit. Limnologi LIPI membuat
solusi teknologi untuk produksi udang, diantaranya dengan membentuk suatu
'apartemen udang galah'.
Menurut
Dr. Ir. A. Fauzan, M.Sc, Puslit. Limnologi LIPI Cibinong, proses pembenihan
udang galah dari mulai kawin hingga menetas butuh waktu sekitar 21 hari (lebih
cepat dari cara konvensional yaitu 30 hari). Melalui teknologi yang
dikembangkan LIPI, pembibitan udang ini berhasil hingga 50%. Cara yang
dilakukan LIPI menurut Fauzan diantaranya dengan memperbaiki kwalitas induk,
air, pakan, dan lingkungan. Hasilnya adalah Udang unggul yang mempunyai ukuran
sama besar, lebih cepat diproduksi (21 hari), lebih cepat laku dijual, dan
harganya lebih mahal.
Fauzan
menjelaskan Apartemen udang galah ini merupakan suatu alat/cara untuk mengatasi
masalah dan bisa meningkatkan kemampuan pembenihan/pembibitan dan
perkembangbiakan serta produktivitas udang, karena tempatnya lebih nyaman dan
luas. Dengan demikian mampu menyuplai benih siap tebar, benih ukuran tokolan
(benih yang telah diseleksi, tumbuh cepat, penampilan bagus, masa pemeliharaan
lebih pendek/cepat), dan udang ukuran konsumsi.
Keunggulan
apartemen ini jelas Fauzan a.l. Sederhana, bahannya mudah didapat, harganya
murah, dan usefull. Karena ruang tinggalnya makin luas, maka frekwensi
pertemuan antar udang berkurang sehingga meminimalkan kanibalisme dan
meningkatkan populasinya.
Pengaturan
luas kamar pada Apartemen udang yang berukuran 20 x 20 x 20 Cm³ kata Fauzan,
dihuni sekitar 30 ekor udang akan memberikan keamanan bagi udang dan
menghindari kanibalisme. Selain itu, pemanfaatan air yang optimal, pemberian
pakan dan pemeriksaan udang yang lebih efisien dan efektif, mendorong
peningkatan populasinya sampai siap dipanen. Biasanya bobot udang ini akan
lebih besar (tiga ekor udang per kg) dalam waktu enam bulan. Dan udang ini akan
lebih cepat laku di pasaran.
Fauzan
mengungkapkan dari satu hektar tebaran udang galah dengan menggunakan teknologi
apartemen tersebut dapat menghasilkan 7 ton udang, yang sebelumnya hanya
menghasilkan 2 ton. Ini berarti panenan meningkat 3,5 kali lipat. Dan yang
penting juga, udang-udang yang hidup di apartemen terhindar dari lumpur yang
ada di dasar kolam, sehingga penampilannya lebih bersih dan mudah
dipasarkan.
Panti
pembenihanyang dikelola LIPI juga memberikan pelatihan dan konsultasi kepada
masyarakat petani ikan, perusahaan, dan instansi pendidikan (sekolah
kejuruan/perguruan tinggi) dalam bentuk paket teknis pembenihan dan pengelolaan
usahanya.
Proses
produksi udang galah di kolam berapartemen merupakan pengembangan dari teknik
budidaya udang galah pada kolam yang sudah lumrah dilakukan di petani. Bedanya
terletak pada tingkat intensitas budidayanya yaitu prinsip pola penebaran
benih/tokolan dari pola yang berpatokan pada jumlah ekor udang per luas kolam
menjadi jumlah ekor udang per jumlah volume air kolam. Artinya dengan luas
kolam yang sama, produksi udang diharapkan bisa menjadi berlipat.
Semua
makhluk hidup butuh ruang yang cukup dan tempat tinggal yang aman dengan meniru
habitat asli tempat tinggalnya. Kita bisa mendapatkan hasil yang berlipat
ganda.
Sifat
alami dari udang adalah membutuhkan tempat untuk singgah dan pada umumnya
menempati bagian dasar kolam serta butuh ruang yang cukup untuk hidup atau
terjadi kanibalisme di antaranya. Hal ini membatasi jumlah optimal udang yang
dapat dipelihara di kolam budidaya udang galah intensif dan hasil panennya
(1-2 ton / ha kolam).
Penggunaan
ranting bambu, pelepah kelapa atau pisang untuk melindungi bibit udang pada
proses pengembang biakan menunjukkan bahwa bibit udang ternyata merambat
naik. Ini memberikan ide pembuatan apartemen dari bambu bagi udang galah
dewasa dengan ukuran 20x20x20 cm dengan tinggi (jumlah tingkat) dan luas
disesuaikan dengan keadaan kolam meningkatkan hasil panen beberapa kali
lipat, juga keuntungan.
|
PEMBUDIDAYAAN UDANG
Sarana dan Fasilitas
Jenis tanah yang cocok untuk pemeliharaan Udang Galah adalah
tanah yang sedikit berlumpur dan tidak poreous. Luas kolam yang digunakan dapat
bervariasi antara 0,2 s/d 0,1 Ha. Sebaiknya berbentuk empat persegi panjang
dengan kedalaman kolam antara 0,5 s/d 1,0 m. Dasar kolam harus rata dan dibuat
kemalir (caren) secara diagonal dari saluran pemasukan sampai kesaluran
pembuangan, hal ini memudahkan pemanenan. Kualitas air yang masuk ke kolam
harus baik dan bebas dari polusi.
Pengelolaan Kolam
Sebelum kolam ditebar udang galah, kolam sebaiknya
dipersiapkan terlebih dahulu secara baik dengan cara :
1. Kolam dikeringkan terlebih dahulu
kemudian dicangkul untuk menggemburkan tanahnya dan biarkan selama 3 s/d 5
hari.
2. Untuk memberantas hama dan penyakit
dasar kolam diberi kapur dengan dosis 50 s/d 100 gr/m2 , kapur dicampur dengan
air kemudian disebarkan secara merata keseluruh permukaan dasar kolam dan
dibiarkan selama 2 s/d 3 hari.
3. Kemudian kolam diisi dengan air
mencapai kedalaman yang sudah ditentukan lalu diberi pupuk organik berupa
kotoran ayam sebanyak 500-1.000 gr/m2 dengan maksud untuk menumbuhkan pakan
alami.
Teknik Pemeliharaan
Benih Udang yang siap dipelihara dikolam adalah benih udang
stadia juwana (juvenil / udang muda) atau tokolan. Pemeliharaannya dapat
dilakukan dengan dua cara :
1. Monokultur
Pemeliharaan secara monokultur adalah pemeliharaan udang di
kolam tanpa dicampur ikan lain. Padat penebaran sebanyak 5 s/d 10 ekor/m2 bila
pemberian pakan tidak intensif dan 20 s/d 30 ekor/m2 bila pemberian pakan
secara intensif.
2. Polikultur
Pemeliharaan secar polikultur adalah pemeliharaan udang
dikolam disatukan dengan ikan lain. Adapun ikan yang dapat dibudidayakan bersam
udang adalah Ikan mola, ikan tawes, ikan nilem, dan ikan ”big head”.
Padat penebaran udang galah sebanyak 1 s/d 5 ekor/m2 ukuran tokolan, sedangkan
padat penebaran ikan 5 s/d 10 ekor/m2 ukuran 5 s/d 8 cm. Selama pemeliharaan
dapat dilakukan pemupukan susulan setiap 2 s/d 3 minggu dengan pupuk urea 3 s/d
5 kg dan TSP 5 s/d 10 kg/Ha kolam.
Pemberian Pakan
Selain makanan alami, selama pemeliharaan udang galah perlu
diberikan pakan tambahan berupa pellet udang dengan kadar protein 25 s/d 30 %
karena makanan alami yang tersedia tergantung pada tingkat kesuburan perairan
kolam. Pada pemeliharaan secara monokultur jumlah pakan tambahan yang diberikan
mulai 20% menurun sampai 5% dari berat badan total populasi, dengan frekuensi
pemberian 4 s/d 5 kali sehari. Sedangkan pada pemeliharaan polikultur jumlah
pakan tambahan yang diberikan mulai 6% menurun sampai 3% dari berat badan total
populasi, dengan frekuensi pemberian 4 s/d 5 kali sehari.
Pemanenan
Pemanenan
udang galah dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu :
1. Panen Total
Panen Total dilakukan dengan cara mengeringkan kolam secara
total sehingga produksi total dapat segera diketahui. Kerugian sistem ini
adalah yang masih kecil ikut dipanen serta dapat membuang air yang kaya akan
organisme dan mineral.
2. Panen Selektif
Panen Selektif dilakukan dengan menggunakan jaring tanpa
harus mengeringkan kolam, yang tertangkap hanya udang ukuran tertentu saja.
Pemanenan selanjutnya tergantung kepada tingkat pertumbuhan udang. Kerugian
sistem ini adalah banyak membutuhkan tenaga dan bila ada ikan predator tidak
dapat dibersihkan dari kolam.
Predator dan Penyakit
1. Predator
Predator pada pemeliharaan udang galah dikolam adalah
beberapa jenis ikan seperti catfish (lele lokal) dan Snakehead, burung dan ular.
Kepiting merupakan pengganggu karena hewan tersebut dapat melubangi pematang
kolam. Untuk mencegah masuknya hewan predator , pada saluran pemasukan air
dipasang saringan dan disekeliling pematang dipasang net setinggi 60 cm.
2. Penyakit
Penyakit yang banyak menyerang udang galah adalah ”Black
Spot” yaitu penyakit yang diakibatkan oleh bakteri dan kemudian diikuti
oleh timbulnya jamur, penyakit ini dapat mengakibatkan kematian dan menurunya
mutu udang. Untuk mencegah penyakit yang diakibatkan oleh bakteri ini dapat
menggunakan obat antibakterial yang diberikan secara oral melalui pakan.
Timbulnya penyakit pada udang biasanya disebabkan oleh
kualitas air pada kolam kurang baik. Hal ini biasanya diakibatkan oleh padat
penebaran yang terlalu banyak, rendahnya kandungan oksigen, pengaruh suhu serta
tingginya derajat keasaman (pH) sehingga dapat menimbulkan banyak kematian.
Air yang dipakai dalam pembesaran udang galah dalam kolam
sebaiknya bebas dari polusi dengan kandungan oksigen lebih dari 7 mg/l, suhu
optimum27 s/d/ 300 C, derajat keasaman (pH) 7,0 s/d 8,5 dan kesadahan total
antara 40 s/d 150 mg/l.(Ali Fauzan 2006:12)
Keunggulan
apartemen udang galah:
· Pemanfaatan air kolam lebih optimal
sehingga ruang pemeliharaan bibit udang lebih luas.
· Frekuensi pertemuan antar udang
berkurang sehingga meminimalisir kanibalisme.
· Memudahkan proses pemeriksaan udang
sehingga pemberian pakan bisa efisien dan efektif.
· Desain apartemen yang vertikal dan
horizontal tidak mengganggu aliran air sehingga kandungan oksigen air tetap
baik.
· Lebih aman dari pencurian.
· Pemanfaatan lahan secara maksimal
· Bahan murah, mudah diperoleh, dan
tahan lama (Bambu)
Keunggulan Potensi Aplikasi:
Desainnya
fleksibel sesuai ukuran kolam. Pemilihan bahan yang lebih murah, mudah
diperoleh, dan tahan lama (saat ini bahan bambu masih yang terbaik)
memungkinkan pengembangan lebih lanjut. Bila aplikasinya memasyarakat, tidak
menutup kemungkinan untuk digunakan oleh negara-negara lain yang memiliki
bidang bisnis serupa, seperti Thailand, India, dan Malaysia. (Ali Fauzan dan Gunawan
2009:12)